Sabtu, 06 Desember 2008

Ketika kuharus menerima konsekwensi dari sebuah keputusan

Ketika kuharus menerima konsekwensi dari sebuah keputusan 25.06.08

Baru pertama ku merasakan rasanya depresi
kaRNA cinta
kekasih yang sudah menjadi asa kehidupan sebuah pernikahan
memutuskan hubungan tanpa sebab
semua simptom depresi benar-benar kurasakan
ku jatuh, tak berdaya, lemas, letih
kuhanya ingin tidur, tidur dan tidur tanpa harus ingat bangun lagi
tak ingin makan, minum, beraktivitas
sholat, hanya satu keinginanku
..musnah dari dunia!....Kumembencinya!...........................
Semua lewat ketika ku mengenalnya
Rasanya cukup satu bulan kurasakan sindrom depresi
5 bulan ku bersamanya tanpa tahu rasa apa itu
Kubertanya..benarkah kumencintainya
Apakah aku hanya membutuhkan air di kala ku dahaga?
Apakah dia hy sebuah garam yg membuatku merasakan gurihnya kehidupan asmara?
Apakah layak dia bersamaku disaat ku belum sembuh
Kutak percaya psikolog karna aku ada di dalamnya
Yang kuinginkan....bersamanya saja saat ini
........ketika dia kembali memintaku tuk jadi kekasihnya
Kuhanya tertawa bersama kekasihku
Bahwa dia akan terluka, Ku tak tahu...
Kenapa ku membuat sebuah keputusan
Mengapa justru dia, kekasihku sekarang yang harus terluka?
Pun ketika ikrar pernikahan akan terlaksana
Ku justru membuatnya merasakan simptom depresi
Tahukah kau wahai kekasihku..Kutak rela membuatmu sakit!
Kumerasakan pahitnya sebuah keputusan
Yang justru kubuat sendiri!
Kuterluka...di sebuah rumah sakit yang banyak dokter
Kutahu kini ....... membuat keputusan itu sulit!
Maafkan..

Tidak ada komentar: